Sunday, February 3, 2008

Laporan Situasi Banjir di Cipinang Besar Utara, 1 Februari 2008

(Read English Version)

Waktu Kejadian
Bulan Februari biasanya diasosiasikan dengan bulan banjir. Hujan turun hampir setiap hari, dan sebagian besar kejadian banjir terjadi di bulan Februari. Tidak heran, beberapa wilayah di Jakarta mulai kebanjiran pada 1 Februari 2008, Cipinang Besar Utara adalah salah satunya. Banjir mulai datang pada jam 9 pagi dan mencapai level tertinggi pada jam 11. Aliran listrik sudah dimatikan sejak malam sebelumnya. Banjir diperkirakan akan setinggi dada orang dewasa
Wilayah yang terkena banjir adalah RW 01, 02, 04, 05, 07, 10, 11, 12, dan 14 dengan ketinggian air yang bervariasi.

Warga di RW 02, 04, dan 05 sebagai wilayah yang paling parah terkena banjir sudah melakukan evakuasi. Tiga orang terluka karena arus yang deras. Hampir semua rumah di RW 04 tergenang setinggi dada orang dewasa. Separuh wilayah RW 05 tergenang setinggi pinggang. Semnetara di RW 02, 75% wilayahnya tergenang setinggi lulut. RW 04 sudah meminjam tenda ke kelurahan untuk dipasang di tempat evakuasi. Tenda tersebut kemudian didirikan di Pemakaman Primpung dan satu lagi di RW 014, tepat di belakang penjara Cipinang. Tidak ada pengungsi. Warga memonitor keadaan 1 x 24 jam untuk memutuskan apakah mereka akan mengungsi.

Kesiapsiagaan masyarakat
Pada pukul 8 pagi, sirene berbunyi. Informasi dari pintu air menyatakan bahwa di Cipinang tinggi muka air mencapai 155 cm. Masyarakat sudah mulai memindahkan harta bendanya ke tempat yang lebih tinggi. Tiga orang (ketua Dekel, staf RW 012, dan pemuka masyarakat) bersiaga untuk memonitor dan menyebarluaskan informasi ketinggian air. Informasi ini disebarluaskan ke masyarakat melalui sms dan telepon.

Pada jam 10 pagi, proses evakuasi sudah dimulai. Tim dar Kali Arus secara aktif melakukan evakuasi. Mereka menggunakan perahu karet, ban dalam, dan tambang. Peralatan ini dipinjam dari FKPPubers Kampung Melayu. Tambang yang seharusnya terpasang di tiang pancang belum siap. Masyarakat kemudian membeli tambang dengan uang mereka sendiri. Beberapa anggota masyarakat lainnya datang ke sub office ACF dan meminda bantuan seperti ban dalam dan tambang. Namun mereka tidak mendapatkannya, karena ACF tidak menyediakan bantuan individu.

Peran Kelurahan
Ketika banjir terjadi, CO ACF terus menjaga komunikasi dengan Lurah, 24 jam. Ponsel Lurah selalu dalam keadaan aktif, sehingga warga tidak menemui kesulitan menghubungi dan mengatur respon banjir. Lurah juga menginstruksikan anggota Linmas untuk memonitor beberapa titik banjir. Kelurahan juga menyediakan tenda dan membagikan makanan kepada korban banjir pada malam harinya.

Ditulis oleh : Martius Marzuki