Wednesday, March 28, 2007

Lokakarya Pengembangan Kebijakan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

(Read English Version)

Hari Selasa, 27 Maret 2007 telah diselenggarakan Lokakarya Pengembangan Kebijakan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaam Sampah diadakan oleh BPPT bekerja sama dengan Walikota Jakarta Selatan. Lokakarya ini dihadiri oleh pegawai pemerintahan, masyarakat, LSM dan perusahaan, seperti PT Unilever. AcF adalah salah satu peserta lokakarya ini.

Diskusinya terdiri dari 2 sesi. Sesi pertama tentang metode dan teknik pengkomposan, manajemen dari sosialisasi, pengurangan biaya bagi yang menerapkan system pengkomposan dan lain-lain. Sesi ke dua berisi cerita sukses dari pihak-pihak yang sudahmelaksanakan pengomposan, baik dari masyarakat maupun perusahaan.

Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dihuni oleh 8.922.699 orang penduduk dan yang menghasilkan sampah sebanyak + 6000 ton/hari, dimana 55,37% merupakan sampah anorganik (Data WJEMP, proyek DKI 3-11 Juni 2005). Kampanye 3R (Reduce, Reuse, Recycle) membutuhkan sosialisasi dan pengkaderan. Berdasarkan perda Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 tahun 1988, pengelolaan sampah Jakarta menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta. Dinas Kebersihan bertanggung jawab untuk pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan sampah. Oleh sebab itu Dinas Kebersihan melakukan sosialisasi dan pengkaderan dengan kader PKK dan karang taruna untuk bekerjasama dalam melakukan 3R. Sri Wahyono S Si, M.Sc sebagai pembicara dari BPPT membawakan makalah "Teknologi Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga dan Kawasan". Menurutnya sampah harus dilihat secara integral, teknologi bukan satu-satunya jalan mengatasi sampah. Ada 5 pilar masalah persampahan yaitu hukum, institusi, Pendanaan, peran serta masyarakat dan teknis operasional/teknologi. Sampah yang menumpuk di tempat pembuangan sampah (TPA) bahkan ada yang sampai longsor tentunya membahayakan masyarakat sekitarnya. Tidak hanya bau busuk yang dihasilkan, berbagai penyakit juga bisa berkumpul disana.

Kegiatan pengomposan menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Dengan ini masyarakat tidak hanya berperan sebagai penghasil sampah, namun juga berperan aktif dalam 3R. Masyarakat berperan sebagai pelaku utama Program 3R (Reduce Reuse Recycle). Prinsip teknologi berbasis masyarakat adalah sederhana, mudah dioperasikan, murah, menggunakan bahan baku lokal, dan mudah diterima masyarakat. Teknologi yang digunakan meliputi teknik pemilahan, pengkomposan sampah organik, daur ulang kertas, daur ulang plastik dan kerajinan tangan.

Beberapa cerita sukses dalam pengolahan sampah:
Program pengelolaan sampah terpadu di perumahan sederhana Mustika Tigaraksa Tangerang Banten.
Kerjasama BEST dengan BORDA Tangerang 2005. Pengelolaan ini berhasil karena ada kerjasama antara masyarakat dengan BEST (Bina Ekonomi Sosial Terpadu) dan developer. Organisasi masyarakat yang khusus untuk pengelolaan sampah terbentuk.
PT Unilever Indonesia melakukan pengelolaan sampah bersama dengan masyarakat dampingan. Yayasan Unilever Indonesia sendiri dalam hal ini berperan sebagai fasilistator bekerjasama dengan Universitas, Pemerintah, LSM dan lain-lain. Kegiatan yang dilakukan adalah pengkaderan, membuat rencana dan agenda bersama, dan kegiatan bersama.
Pengelolaan Sampah Terpadu pada Lingkungan Pemungkiman yang dimotori oleh Ibu Harini Bambang Wahono di desa Banjarsari, Jakarta Selatan. Ibu Harini melakukan pengkomposan di wilayahnya, sehingga sekarang desanya menjadi desa yang bersih, ramah lingkungan dan menjadi desa wisata. Program Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. PT Pembangunan Jaya Ancol bekerja sama dengan masyarakat sekitarnya melakukan pengelolaan sampah dari pengkomposan sampai daur ulang sampah menjadi souvenir yang bisa menambah pendapatan masyarakat.

Kisah – kisah sukses diatas memiliki satu kesamaan utama, yaitu peran aktif masyarakat dalam implementasi program. Masyarakat adalah pelaku utama dari kegiatan yang dikembangkan. Oleh karenanya, partisipasi aktif sangat diperlukan.

Penulis : Nurely Yudha S
Editor : Erma Maghfiroh
Penerjemah : Erma Maghfiroh

Baca selengkapnya

Thursday, March 22, 2007

ECB 3 Learning Event

(Read English Version)

Program Kesiapsiagaan Bencana ACF mendapat Undangan untuk menghadiri acara “End of ECB3 Project Learning Event” yang diadakan di Hotel Grand Kemang, Jakarta pada 20-21 Maret 2007. Asisten DRR Coordinator menghadiri acara tersebut. Berikut ini adalah ringkasan dari informasi yang disampaikan dalam acara tersebut. Emergency Capacity Building Project (ECB) merupakan kegiatan gabungan dari beberapa organisasi kemanusian terkemuka, yaitu:

  • IRC
  • Oxfam
  • Care
  • Mercy Corps
  • CRS
  • Save the Children
  • World Vision
Proyek ini didanai oleh Bill and Melinda Gates Foundation.Di seluruh dunia, ada 4 pilot program di Guatemala, 4 di Ethiopia dan 1 di Indonesia.

TINGKAT NASIONAL
Tujuan dari proyek ini adalah untuk meningkatkan kapasitas dalam pengurangan resiko bencana dan kesiapsiagaan menghadapi keadaan darurat dalam anggota Inter-agency Working Group (IWG), komunitas, dan pemerintah lokal dan nasional
Di tingkat kantor pusat, setiap organisasi mengirimkan satu orang perwakilan di dalam tim untuk mendiskusikan pendekatan yang akan diambil (CARE dipilih sebagai koordinator).

Di tingkat nasional (Indonesia), organisasi ini membentuk Project Management Team (PMT) – yang beranggotakan perwakilan dari setiap organisasi) – sebagai Steering Committee (CRS dipilih sebagai koordinator).PMT memutuskan untuk melakukan pilot program nya di Padang Pariaman, dengan Mercy Corps sebagai koordinator. Di Padang Pariaman, Mercy Corps bekerjasama dengan NGO lokal, KOGAMI

TINGKAT LOKAL
Saat gempa bumi terjadi di Padang, Maret 2007, warga tidak sepanik dahulu, karena mereka kini sudah lebih memahami proses terjadinya gempa bumi dan tsunami. Kondisi ini sangat berbeda dengan yang terjadi ketika gempa 2005, dimana issu akan terjadinya tsunami menyebabkan kepanikan dan kekacauaan hampir di seluruh wilayah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proyek ECB ini adalah:
  • Survey Awal
  • Penilaian Resiko Bencana
  • Perencanaan Partisipastif dalam rangka Pengurangan Resiko Bencana
  • Implementasi (Penyadaran di tingkat sekolah dan komunitas, Simulasi, Pengembangan Proposal untuk Infrastruktur Pengurangan Resiko Bencana)

Kisah Sukses:
Sebagian masyarakat mampu menjadi tenaga penyuluh informal di daerahnya
Pada gempa 6 Maret 2007 tingkat kepanikan masyarakat menurun hingga 7
Aktifitas sekolah dan masyarakat tidak terhenti setelah gempa terjadi, wakil masyarakat
Fasilitator lokal mampu memberi pengarahan yang baik dan mampu menenangkan masyarakat
Kemampuan berkoordinasi satlak meningkat –tidak lagi melalui birokrasi yang rumit, terbukti dengan ketanggapan satlak pada setiap kejadian bencana

Cordaid dan Sekda Bantul juga berbagi pengalaman. Cordaid menjelaskan program-program yang dimiliki dan pendekatan yang diambil dalam bidang Pengurangan Resiko Bencana, sementara Sekda Bantul membagi pengalamannya dalam Manajemen Bencana ketika gempa bumi menghantam Yogyakara pada tahun 2006 lalu.

Ada juga update informasi dari Bpk. Puji Pujiono mengenai perkembangan RUU Penanganan Bencana. RUU ini akan memasuki fase ratifikasi pada 27 Maret 2007. Ada beberapa kesempatan yang bisa diisi oleh NGO-NGO yang ada, diantaranya:
  • Diseminasi
  • Mempersiapkan, mengarahkan, dan mendukung pemangku kepentingan utama (Pemerintah Lokal, Kementrian Sektoral, Masyarakat Sipil, dan Komunitas)
  • Membantu proses pengembangan Peraturan Pelaksana dan Petunjuk Pelaksanaannya.

Dokumentasi yang tersedia:
  • Presentasi dari CRS “The Emergency Capacity Building Project dalam bahasa Inggris)
  • Presentasi dari Mercy Corps "Pembangunan Kapasitas Pengurangan Resiko Bencana”
  • dalam bahasa Indonesia)
  • Presentasi dari Cordaid “Simplifying Disaster Risk Reduction” (dalam bahasa Inggris)
  • Presentasi dari KOGAMI “Lesson Learned from field” (dalam bahasa Indonesia)
  • Presentasi dari Tokoh Masayarakat Padang Pariaman “Peningkatan Kapasitas Masyarakat” (dalam bahasa Indonesia)
  • Presentasi dari Wakil Sekolah “Peningkatan Kapasitas Sekolah” (dalam bahasa Indonesia)
  • Presentasi dari Sekda Bantul “Manajemen Bencana di Bantul, Studi Kasus: Gempa Bumi 27 Mei 2006 di Bantul” (dalam bahasa Indonesia)
Penulis : Erma Maghfiroh
Penerjemah : Erma Maghfiroh

Baca selengkapnya

Saturday, March 3, 2007

Pemberian bantuan darurat kepada korban banjir DKI Jakarta 2007 (bagian 2)

(Read English Version)

Melanjutkan artikel bagian pertama yang lalu, berikut adalah artikel bagian 2 (terakhir). Ketika banjir besar melanda Jakarta pada Februari 2007 lalu, ACF merespon dengan program yang bernama “Program Bantuan Darurat untuk Wilayah Banjir di Jakarta, Indonesia“.

Tujuan dari program ini adalah memberikan bantuan kepada korban banjir di sector air bersih, sanitasi, dan akses pada bahan pangan dan non pangan. Ini merupakan program dengan durasi 1 bulan yang dilaksanakan pada 4 Februari 2007 sampai dengan 28 Februari 2007. Program ini dilaksanakan melalui beberapa tahap:
Tahap pertama, asesmen dilakukan pada 4-5 Februari 2007 di 2 kelurahan di DKI Jakarta, yaitu Kampung Melayu and Cipinang Besar Utara. Dua kelurahan ini dipilih karena merupakan bagian dari program pengurangan resiko bencana yang saat ini sedang berjalan. Dua kelurahan ini juga termasuk daerah yang rawan dan terkena dampak banjir di DKI Jakarta. Penerima bantuan dipilih dengan bantuan ketua RW berdasarkan hasil pendataan pengungsi.
Tahap kedua, respon awal. Sebanyak total 34 sumber air yang tersebar di 9 titik distribusi di Kampung Melayu dan Cipinang Besar Utara dipasang. Bantuan non pangan (selimut, tikar plastik, dan sprei plastic) dan paket kebersihan didistribusikan segera setelah banjir datang.
Tahap ketiga, tim program (terdiri dari departemen Air dan Sanitasi, Ketahanan Pangan, Logistik, dan Kesiapsiagaan Bencana) melakukan pendekatan dengan pemerintah local dalam bentuk:

  • Menjadi penghubung diantara badan yang berwenang dalam respon darurat dan pemberian bantuan
  • Mendirikan tempat pengungsian dan sumber air
  • Distribusi bantuan non pangan di tingkat RW dengan koordinasai Lurah sebagai pengawas
Program ini berhasil mencapai tujuannya.
14280 orang (4760 KK) memperbaiki kondisi hidupnya. Jumlah ini melebihi target awal (12,000 orang). Perincian bisa dilihat berikut:
- 4401 paket kebersihan didistribusikan dan digunakan.
- 5568 bantuan non pangan didistribusikan.
- 14 dapur umum disumbangkan ke PKK dan ketua RW dengan tujuan meningkatkan kapasitas mereka dalam merespon bencana yang mungkin datang. (8 untuk PKK dan 6 untuk tempat pengungsian).
- 1990 terpal didistribusikan kepada korban banjir di Kampung Melayu, 10 terpal digunakan untuk menampung barang bantuan. Sementara 20 tenda akan diberikan kepada program DPI, yang nantinya akan diberikan kepada masyarakat untuk menghadapi bencana yang berpotensi terjadi di masa depan.


Akses terhadap air minum dan sanitasi meningkat untuk 12,000 korban
-34 sumber air dipasang dan disuplai oleh truk pengisi air Total 15 m3/ hari tersuplai, atau setara dengan 1.25l/orang/hari.
- 6 paket kebersihan dan 10 tempat sampah didistibusikan ke lokasi pengungsian di SMP 26, yang menampung 3,000 orang
- Pengumpulan sampah yang dikoordinasi oleh ACF di Cipinang Besar Utara selama 5 hari, berkolaborasi dengan pemerintah.
- 5 paket kebersihan didistribusikan ke Kampung Melayu khususnya RW 02, 03, 04, 07 dan 08.
- ACF juga mengorganisir proses pembersihan lumpur di jalan, fasilitas public, dan rumah pribadi, dengan menggunakan pompa air di Kampung Melayu di RW 02 dan 03.
- 3 paket pompa air dibeli oleh ACF dan didistribusikan ke Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara dan Penjaringan oleh departemen DPI sebagai bagian dari program kesiapsiagaan bencana.

Program ini didanai oleh ECHO.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Program Air dan Sanitasi , hubungi:
Jean Christophe BARBICHE
Water and Sanitation Coordinator
(acfwatsan_indonesia@yahoo.fr)

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Program Ketahanan Pangan, hubungi:
Claudia GERAETS
Food Security Coordinator
(acffoodsec_indonesia@yahoo.co.uk)

Penulis : JC Barbiche
Editor : Erma Maghfiroh
Penerjemah : Erma Maghfiroh

Baca selengkapnya