Wilayah Dampingan
Jika gambar tidak muncul, coba gunakan browser Mozilla Firefox.
Kategori Pengantar
(Read English Version)
Sebelumnya, dalam laporan pertama telah diuraikan bahwa dalam mengindentifikasi wilayah program, ACF menggunakan metode perpaduan antara teknologi penginderaan jauh, analisis data sekunder, analisis peta dan survey penjajakan awal (Rapid Assessment). Dari beberapa proses di dalamnya telah terseleksi keseluruhan Kelurahan yang ada di Propinsi DKI Jakarta yang berjumlah 267 Kelurahan menjadi 3 Kelurahan prioritas.Pada laporan lanjutan ini yang juga merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan pertama dimana telah menghasilkan 3 Kelurahan prioritas, yaitu Kelurahan Cawang, Cipinang Besar Utara dan Penjaringan. Ketiga Kelurahan itu menjadi obyek atau masukan dalam kegiatan lanjutan ini.
Pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan lanjutan ini agak berbeda dengan kegiatan pertama dimana kegiatan pertama pada prinsipnya menyeleksi wilayah dengan menggunakan pemrosesan data yang ada disertai survey penjajakan awal. Sedangkan dalam kegiatan lanjutan ini lebih ditekankan pada survey mendalam pada Kelurahan prioritas.
Metode yang digunakan adalah survey pemerintah/Kelurahan dan sosial/masyarakat serta referensi data statistik. Metode analisis data hampir mirip dengan analisis data gabungan pada survey penjajagan sebelumnya yaitu sistem skoring, tetapi skoring data gabungan dengan menggunakan system pembobotan. Data yang diperoleh ataupun yang digunakan dalam kegiatan ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Jumlah parameter yang digunakan adalah 22 parameter dalam 7 kategori parameter, yaitu:
- Pemerintah (kelurahan)
- Organisasi masyarakat
- LSM lain
- Masyarakat yang terkena banjir
- Kapasitas
- Kerentanan
- Kategori lain-lain
Ke-22 parameter itu antara lain : Keterbukaan pemerintah, Program bencana pemerintah, Dukungan pemerintah, Keterbukaan Organisasi masyarakat, Program organisasi masyarakat, jaringan organisasi masyarakat, Keberadaan LSM lain, Keterbukaan masyarakat, Mobilisasi masyarakat, Kapasitas masyarakat, tingkat pendidikan, usia produktif, Jumlah korban banjir, luas wilayah banjir, kualitas bangunan, kemiskinan, kepadatan penduduk, aksesibilitas kemudahan, aksesibilitas jarak, keamanan, potensi bencana lain, dan peluang pengembangan kegiatan mitigasi lain. Tidak semua parameter bersifat positif atau berbanding lurus terhadap penilaian tetapi ada beberapa parameter yang bersifat negatif yaitu: keberadaan LSM lain, kapasitas masyarakat, tingkat pendidikan, usia produktif, dan keamanan.
Dari hasil analisis data dan scoring diperoleh hasil bahwa Kelurahan Cawang menjadi prioritas atau paling direkomendasikan untuk dijadikan lokasi pengembangan programme kesiapsiagaan banjir dengan memiliki nilai skor 78, disusul Kelurahan Cipinang Besar Utara dengan nilai skor 74 dan Penjaringan 68.
Hubungi ACF untuk mendapatkan laporan lengkap Indepth Survey.
Penulis : Eka Rianta
Editor : Erma Maghfiroh
Penerjemah : Erma Maghfiroh
(Read English Version)
Program Peningkatan Kesiagaan Bencana Banjir yang berlangsung saat ini (2005-2007) akan diperluas aktivitasnya di 2-3 kelurahan lain yang masyarakatnya rentan dan rawan banjir. Untuk mengidentifikasi kelurahan tersebut, ACF mengadopsi sebuah metode multidimensi yang mengintegrasikan beberapa aspek sebagai parameternya.
Tahap pertama dari proses yang dilakukan adalah pengumpulan dan analisis data sekunder. Data yang digunakan antara lain data dari Dinas Pekerjaan Umum, Palang Merah Indonesia, Badan Meteorologi dan Geosika, Media massa dan lain-lain. Dari proses analisis data sekunder ini akhirnya teridentifikasi 22 kelurahan yang rawan banjir dan kumuh dari sekitar 267 kelurahan yang ada di Jakarta. Kriteria yang digunakan dalam tahap ini adalah:
- Prosentase Kepala Keluarga yang tinggal di daerah rawan banjir
- Prosentase Rukun Tetangga (RT) yang rawan banjir
- Prosentase penduduk yang tinggal di daerah kumuh
- Prosentase Kepala Keluarga yang tinggal di daerah kumuh
- Prosentase Rukun Warga (RW) yang kumuh
Tahap kedua adalah analisis peta menggunakan Peta Rawan Genangan tahun 2005 dari Proyek PIPWS Ciliwung-Cisadane dan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta. Dari analisis peta terhadap 22 kelurahan (hasil seleksi tahap pertama), berhasil diidentifikasi 10 kelurahan prioritas untuk disurvei guna penggalian data primer.
Tahap ketiga dalam proses seleksi ini adalah penggunaan teknik penginderaan jauh dengan interpretasi data satelit. Tujuan dari interpretasi data satelit ini adalah mengidentifikasi daerah pemukiman yang mempunyai resiko tinggi terhadap bahaya banjir dengan menggunakan parameter-parameter yang dapat dianalisis secara visual dari data-data satelit (satellite image). Beberapa parameter tersebut antara lain; kepadatan permukiman, ukuran rumah, lebar dan kualitas jalan masuk, lokasi pemukiman , keberadaan pohon pelindung, ruang terbuka, potensi bahaya yang ada, fasilitas kesehatan, kondisi lingkungan dan lain-lain.
Tahap keempat adalah Survai Penjajakan Awal (Rapid Assessment). Data yang dikumpulkan dalam tahap ini antara lain; (1) Data Fisik seperti; kondisi permukiman, kerawanan bencana dan lain-lain (2) Data Sosial seperti; kapasitas Pemerintah dan masyarakat, komitmen pemerintah kelurahan dan masyarakat untuk pengelolaan bencana, kondisi umum masyarakat dan lain-lain. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi, penggalian data sekunder dan wawancara dengan pemerintah dan masyarakat di masing-masing kelurahan. Akhirnya, setelah hasil survai dianalisis, 3 kelurahan prioritas berhasil diidentifikasi sebagai wilayah prioritas pendampingan baru. Tiga kelurahan tersebut adalah Kelurahan Cawang, Cipinang Besar Utara dan Penjaringan. Analisis untuk menentukan wilayah pendampingan baru ini dilakukan dengan menggunakan kombinasi parameter aspek fisik lingkungan dan aspek sosial yang meliputi:
- tingkat kekumuhan
- tingkat kerawanan bencana banjir
- tingkat respon dan komitmen dari pihak Pemerintah Kelurahan
- tingkat respon dan kesediaan bekerjasama dari pihak masyarakat kelurahan
- wilayah tersebut bebas dari program penggusuran tanah
Meskipun seleksi yang dilakukan telah berhasil mengidentifikasi 3 kelurahan prioritas, untuk penyusunan rencana program pendampingan secara detail di kelurahan terpilih, masih diperlukan data-data yang lebih rinci dan mendalam. Untuk itu kegiatan survai yang lebih mendalam (in depth survey) akan dilaksanakan selama akhir Maret-April 2006.
Hubungi ACF untuk mendapatkan laporan lengkap Rapid Assessment.
Penulis : Eka Rianta
Editor : Erma Maghfiroh
Penerjemah : Tata Translator
Kategori Pengantar
(Read English Version)
Uni Eropa adalah pemberi bantuan dana terbesar di dunia untuk operasi-operasi kemanusiaan. Komisi Eropa di Brussels dan pemerintah dari ke-25 Negara Anggota Uni Eropa memberikan lebih dari 50% bantuan melalui jalur-jalur resmi. Komisi Eropa sendiri bertanggung jawab atas pengelolaan hampir setengah dari bantuan tersebut. Pada tahun 2005, Komisi Eropa memberikan €652 juta untuk proyek-proyek kemanusiaan di lebih dari 60 negara, mendanai bantuan untuk jutaan korban bencana di luar Uni Eropa.
Di dalam Komisi Eropa, operasi-operasi diprakarsai oleh departemen Bantuan Kemanusiaan yang berada di bawah tanggung jawab Komisioner Louis Michel. Operasi-operasi tersebut mencakup penilaian kebutuhan kemanusiaan di daerah bencana, alokasi dana yang sesuai untuk barang dan jasa seperti makanan, tempat penampungan, bantuan medis, pasokan air, sanitasi atau perbaikan darurat dan evaluasi dampak bantuan yang diberikan.Persiapan menghadapi bencana dan proyek-proyek untuk mengurangi risiko di daerah-daerah yang rawan bencana alam juga merupakan bagian dari kegiatan-kegiatan penyelamatan yang dibiayai melalui ECHO<
Bantuan disalurkan secara imparsial kepada masyarakat yang terkena dampak bencana, tanpa memandang ras, kelompok etnis, agama, gender, umur, kebangsaan atau afiliasi politik, melalui para mitra operasi kami. Para mitra tersebut mencakup sekitar 180 LSM Eropa, badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan “keluarga” Palang Merah.
Informasi Lebih Lanjut mengenai ECHO
Kategori Pengantar
(Read English Version)
Latar Belakang
Pada zaman modern sekarang ini, perlindungan terhadap lingkungan dan sumberdaya secara lebih intensif menjadi kebutuhan mendesak. Keberlanjutan kehidupan manusia dan kelestarian alam lingkungan tergantung pada pilihan yang kita buat hari ini. Salah kelola terhadap alam dan lingkungan akan mengakibatkan kepunahan sumberdaya alam itu sendiri. Hal tersebut juga berpotensi meningkatkan resiko dan frekuensi bencana banjir atau tanah longsor yang merugikan serta mengancam kehidupan manusia.
Karena pengaruh kondisi topograafi dan dampak kegiatan manusia, DKI Jakarta menjadi suatu daerah rawan bencana (alam maupun bencana karena ulah manusia), yang diantaranya adalah meningkatnya frekuensi banjir. Banjir ini sebenarnya sering terjadi karena wilayah DKI Jakarta dilalui beberapa sungai dan sebagian daerahnya merupakan daerah dataran rendah. Namun selain itu ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku banjir seperti pemukiman penduduk dan tata pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Adanya konversi lahan untuk pemukiman dan dan kepentingan industri serta banyaknya kawasan kumuh padat penduduk di daerah sempadan sungai telah menimbulkan kesulitan untuk melakukan penataan kawasan dan pengelolaan lingkungan yang semestinya. Berbagai upaya serius perlu dikembangkan di sebagian besar wilayah untuk mengatasi persoalan tersebut.
Untuk mengatasi masalah banjir di Jakarta, pelibatan masyarakat akar rumput merupakan suatu syarat mutlak. Penguatan kapasitas pemerintah dan masyarakat setempat dalam bidang pengelolaan bencana menjadi suatu hal yang sangat penting. Melalui upaya ini pemerintah dan masyarakat nantinya bisa bekerjasama dalam mencegah dan mengantisipasi bencana banjir di masa mendatang
Tujuan dan Ruang Lingkup Program
Tujuan:
Memperkuat kapasitas dan inisiatif lokal dalam pengelolaan resiko bencana secara terpadu di 3 (tiga) wilayah kumuh dan rawan banjir di DKI Jakarta.
Ruang Lingkup:
Peningkatan efektivitas upaya pengelolaan resiko bencana di tingkat lokal melalui: perencanaan, monitoring, dan evaluasi partisipatif, peningkatan kapasitas bagi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya, pengembangan koordinasi antar pihak dan kegiatan mitigasi skala kecil.
Peningkatan pengetahuan dan kesadaran publik tentang bencana agar masyarakat mampu mengantisipasi bencana banjir secara lebih efektif.
Peningkatan tingkat keselamatan publik dan berkurangnya nilai kerugian masyarakat melalui pengembangan sistem peringatan dini berbasis masyarakat.
Kegiatan Program
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dampingan tentang resiko bencana melalui survei fisik, Survei sosial ekonomi dan Analisis Kapasitas & Kerentanan yang berkaitan Melakukan pendampingan dan pelatihan untuk meningkatkan kesiagaan Masyarakat maupun Pemerintah Kelurahan dalam menghadapi bencana banjir.
Memfasilitasi koordinasi dan kerjasama antar pemangku kepentingan di tingkat kelurahan melalui rapat koordinasi, penyusunan prosedur tetap pengelolaan bencana atau rencana tanggap darurat bencana (emergency plan)
Meningkatkan kesadaran publik dan kampanye di bidang bencana untuk semua lapisan masyarakat termasuk generaasi muda (UNISDR 2006-2007 Strategy: Disaster Risk Reduction begins at school).
Memfasilitasi pengembangan sistem informasi bencana yang terpadu dan efektif.
Berpartisipasi dalam pengembangan jaringan kerjasam dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mempromosikan program pengelolaan bencana di tingkat lokal, propinsi, nasional maupun internasional.
Lokasi Program
Lokasi yang dipilih untuk penyelenggaraan program ini adalah lokasi yang memenuhi kriteria rawan banjir dan kumuh. Lokasi kumuh tersebut dicirikan dengan kualitas permukiman yang buruk dan banyak dihuni oleh kelompok masyarakat miskin, termasuk kelompok yang rentan bahaya seperti anak-anak, kaum ibu maupun orang cacat. Beberapa bahaya yang mengancam kehidupan mereka diantaranya adalah: banjir, kebakaran, dan penyakit epidemi (demam berdarah dalan lain-lain).
Dari 267 kelurahan di DKI Jakarta, Program Kesiapsiagaan Bencana Banjir difokuskan di 3 (tiga) kelurahan yakni : Kelurahan Kampung Melayu dan Cipinang Besar Utara di Jakarta Timur, dan Kelurahan Penjaringan di Jakarta Utara. Melalui pengembangan program ini, ACF berharap untuk mempu menyediakan pengalaman kongkrit dan pendekatan baru yang bermanfaat untuk penanganan bencana di wilayah rawan bencana lainnya di ibukota.
Penulis : Eka Rianta
Penerjemah : Eka Rianta
Kategori Pengantar
(Read English Version)
SEJARAH SINGKAT
Action contre la Faim - France untuk memperbaiki akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi di Irian Jaya. Sejak itu, Action contre la Faim - Indonesia berjuang dalam mempertahankan dan memperbaiki kondisi gizi dari sekelompok masyarakat yang rentan dan terpinggirkan, termasuk memecahkan masalah pokok kekurangan gizi seperti kesulitan ekonomi untuk mendapatkan makanan, kebiasaan makan yang kurang baik atau bahkan kekurangan air. Pada umumnya, daerah-daerah yang dibantu adalah daerah-daerah yang terkena bencana dan miskin, baik di kota-kota besar maupun di lokasi terpencil.
BIDANG-BIDANG KEAHLIAN
Sebanyak 350 staff (per Sep 2006) Action contre la Faim - Indonesia telah melaksanakan program-program di 4 bidang:
Gizi
Bekerjasama dengan institusi kesehatan masyarakat, Action contre la Faim - Indonesia memberikan dukungan teknis dalam mengenali dan memulihkan keadaan kurang gizi serta kekurangan vitamin.
Ketahanan Pangan
Action conre la Faim - Indonesia melaksanakan program ketahanan pangan secara luas yang dirancang untuk memperkuat akses terhadap makanan, menjamin kemandirian dan meningkatkan ketahanan. Disamping pengalaman dalam penyaluran bantuan pangan dan non-pangan berskala besar setelah bencana besar (Maluku, NAD, etc), Action contre la Faim - Indonesia juga melaksananakan program pemulihan mata pencaharian dan kegiatan-kegiatan pengembangan seperti penguatan ekonomi pertanian (mis. perbaikan kebiasaan, diversivikasi produk produksi, dan perikanan)
Air dan Sanitasi
Tujuan dari program Air dan Sanitasi Action contre la Faim - Indonesia mempunyai tiga keutamaan:
Kategori Pengantar
(Read English Version)
LATAR BELAKANG
Action contre la Faim adalah organisasi pemerintah, non politis dan nirlaba. Didirikan di negara Perancis pada tahun 1979 untuk memberikan bantuan kepada negara-negara di seluruh dunia. Sasaran Action contre la Faim adalah menyelamatkan hidup manusia dengan memerangi kelaparan dan penyakit yang mengancam hidup anak-anak, wanita, dan pria yang rentan.
Action contre la Faim telah berkembang menjadi suatu jaringan internasonal Action contre la Faim yang terdiri dari Action contre la Faim (Perancis), Accion contra el Hambre (Spanyol), Action Against Hunger (Inggris), Action Against Hunger (Amerika Serikat), Action contre la Faim (kanada). Dngan menghimpun anggaran lebih dari 100 juta euro, jaringan internasional Action contre la Faim telah memberikan bantuan kemanusiaan di 40 negara.
Dalam kegiatannya, Action contre la Faim terlibat dalam situasi-situasi berikut ini:
Bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia yang mengancam ketahanan pangan atau yang mengakibatkan kelaparan;
Kesulitan sosial/ekonomi karena suatu keadaan internal atau eksternal yang menempatkan sekelompok orang dalam posisi yang sangat rentan;
Dalam situasi dimana ketahanan hidup bergantung pada bantuan kemanusiaan.
Action contre la Faim berupaya memberikan bantuan saat krisis melalui penanganan darurat, dan setelah krisis melalui program rehabilitasi dan pembangunan yang berkesinambungan.
Tujuan dari program-program Action contre la Faim adalah agar para penerima bantuan terebut dapat mencapai kemandirian dan mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka.
INFORMASI PENTING DALAM JUMLAH
Action contre la Faim - Perancis
Dengan eksistensinya di 18 negara di Asia, Afrika dan Eropa Tengah, dan Amerika Serikat, Action contre la Faim - Perancis memerangi kelaparan pada lima bidang: gizi, ketahanan pangan, pengobatan, air dan sanitasi, dan advokasi
1.9 juta anak-anak, wanita dan pria telah mendapatkan manfaat dari bantuan Action contre la Faim - Perancis
288 staff asing dan 3400 staff lokal turut berpartisipasi dalam program-program Action contre la Faim - Perancis
Pemasukan organisasi pada tahun 2005: 69 juta euro
SUMBER DAN ALOKASI DAN BANTUAN
Dalam Lebih dari 75% sumber bantuan dialokasikan untuk pelaksanaan program-program di lapangan
Lembaga-lembaga donatur besar menaruh kepercayaan mereka pada kami
PIAGAM PRINSIP-PRINSIP DASAR
Dalam menjalankan kegiatannya, Action contre la Faim menghormati prinsip-prinsip berikut:
Kebebasan
Action contre la Faim bertindak menurut prinsip-prinsip organisasi ini sendiri dan dengan demikian mempertahankan kebebasan moral dan kebabasan finansialnya. Tindakan-tindakan Action contre la Faim tidak ditetapkan oleh kebijakan-kebijakan politik domestik ataupun asing dan juga tidak oleh kepentingan pemerintahan manapun.
Netral
Action contre la Faim mempertahankan sikap netral yang tegas dari politik dan keagamaan. Namun demikian, Action contre la Faim dapat melakukan kritik terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia yang disaksikannya berikut kritik terhadap hambatan dari kegiatan kemanusiaan yang dilakukannya.
Non diskriminasi
Korban adalah korban. Action contre la Faim menolak semua bentuk diskriminasi berdasarkan ras, gender, etnis, agama, kewarganegaraan, opini, maupun kelas sosial.
Akses bebas dan langsung kepada korban
Action contre la Faim menuntut akses bebas kepada para korban dan kontrol langsung terhadap program-programnya. Action contre la Faim menggunakan segala cara yang ada demi terwujudnya prinsip-prinsip ini, dan akan mengkritik dan melawan semua halangan yang ada.
Profesionalisme
Action contre la Faim melandaskan konsep, realisasi, manajemen, dan penilaian program-programnya pada standard profesionalitas dan pengalamannya bertaun-tahun, guna memaksimalkan efisiensi penggunaan sumber dayanya.
Transparansi
Action contre la Faim menghormati kebijakan transparansi menyeluruh dan keterbukaan dengan para mitra dan donaturnya dengan menyediakan seluruh informasi mengenai alokasi dan pengelolaan dananya, serta memberikan jaminan bagi kehandalan manajemennya.
Penulis : Rayendra Thayeb (HoM Assistant)
Penerjemah : Rayendra Thayeb (HoM Assistant)
Kategori Pengantar